Yogyakarta - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung diwakili oleh Bidang Keswan dan Kesmavet menghadiri acara Bimbingan Teknis Penanganan Hewan Saat Bencana Alam di Alana Hotel, (4-7/10/2022).
Acara dibuka oleh Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner (drh. Syamsul Ma'arif, M.Si). Dengan narasumber Direktur Kesiapsiagaan BNPB Pusat (Drs. Pangarso Suryotomo), Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat Bencana, BNPB (Dr. Rustian, S.Si, Apt, M.Kes), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) (Supriyati Dwi Andreasturi), FAO (drh. Andri Jatikusuma), Praktisi Kebencanaan (Dame Manalu, S.S, M.Si), dan Koordinator Kesrawan Direktorat Kesmavet (drh. Hastho Yulianto, M.M). Acara dihadiri oleh peserta dari 16 provinsi di Indonesia, Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM.
Acara Bimtek terdiri dari penyampaian materi, simulasi dan kunjungan lapang ke shelter (tempat penampungan sementara saat bencana) dan OPRB (Organisasi Pengurangan Resiko Bencana).
Indonesia adalah negara yang memiliki banyak daerah rawan bencana dan memiliki 127 gunung api aktif. Kejadian bencana pada tahun 2022 sebanyak 2.639 kejadian. Dan Lampung memiliki potensi bencana letusan gunung berapi aktif yang berasal dari Gunung Anak Krakatau. Bimtek pada tahun ini difokuskan pada penanganan bencana akibat letusan gunung berapi.
Sesuai PP No.95 Tahun 2012 tentang Kesmavet dan Kesrawan, penanganan hewan akibat bencana alam terdiri dari evakuasi hewan, penanganan hewan mati, penampungan sementara, pemotongan dan pengendalian hewan sumber penyakit dan vektor. Dengan manajemen penanganan pada saat pra bencana mencakup mitigasi dan kesiapsiagaan, darurat bencana mencakup siaga, tanggap dan transisi darurat serta pasca bencana mencakup rehabilitasi dan rekonstruksi.
Bahaya letusan gunung berapi primer berupa awan panas, lelehan lava dan abu vulkanik serta bahaya tersier berupa tsunami dapat berdampak pada kehidupan dan penghidupan masyarakat. Salah satunya berdampak pada sektor peternakan seperti penurunan produktivitas ternak, kesakitan dan kematian ternak, dan kerusakan infrastruktur peternakan. Sehingga dapat berdampak pada kehilangan mata pencaharian peternak, penurunan populasi dan produksi ternak serta ketahanan pangan.
Bimtek ini penting untuk dilakukan sebagai peningkatan kapasitas dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan dan menekan potensi kerugian akibat bencana alam serta meningkatkan efektivitas penanganan hewan pada bencana alam.